Perjalanan udara menggunakan pesawat bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan sekaligus melelahkan. Terlebih bila penerbangan tersebut adalah penerbangan jarak jauh (long haul flight). Oleh karena itu, maskapai memberikan beberapa pelayanan seperti majalah, layar hiburan, makanan, dan lain sebagainya untuk memberikan kenyamanan dan hiburan bagi penumpang. Kursi penumpang pun juga dapat sedikit direbahkan untuk mengurangi kelelahan. Bahkan pada kelas bisnis dan kelas satu (first class), kursi penumpang dapat direbahkan hingga 180˚ menyerupai kasur (flat bad).
Namun rasa lelah ini tidak hanya dirasakan oleh penumpang. Awak kabin dan pilot pun turut merasakannya. Tugas pilot sebagai penanggung jawab utama keselamatan penerbangan dapat menimbulkan tekanan khusus baginya. Oleh karena itu, pilot harus selalu berada dalam kondisi fit dan cukup istirahat ketika melaksanakan tugasnya.
            Pilot
perlu memiliki waktu istirahat yang cukup saat berada di darat maupun udara.
Jika Anda bertanya “Apakah pilot diperbolehkan tidur saat penerbangan?”, maka
jawabannya adalah iya. Namun tentunya hal ini hanya boleh dilakukan jika syarat
tertentu dipenuhi. Apa saja syarat tersebut? Mari kita bahas.
            Penerbangan
jarak jauh (long haul flight) bisa menjadi hal yang paling melelahkan
bagi pilot yang bertugas. Oleh karena itu maskapai diizinkan untuk memberikan 1
hingga 2 pilot tambahan sehingga pilot yang bertugas menjadi sebanyak 3 hingga
4 orang dalam 1 penerbangan. Pilot-pilot tersebut akan bekerja dalam shift
secara bergiliran dengan 1 shift terdiri dari 2 orang pilot.
Ketika 2 orang pilot tengah bekerja di kokpit, maka
pilot lainnya akan beristirahat. Saat shiftnya telah habis, maka pilot
tersebut akan bergantian dengan pilot yang beristirahat. Pergantian shift
ini akan terus dilakukan sesuai dengan kesepakatan sehingga seluruh pilot
memiliki waktu kerja dan istirahat yang sama.
Namun
tentunya pilot tidak dapat beristirahat secara sembarangan. Mereka hanya
diperbolehkan beristirahat pada waktu tertentu, yakni ketika pesawat sudah
memasuki ketinggian jelajah (cruise altitude). Ketika pesawat lepas
landas (take-off), seluruh pilot harus berada pada kokpit. Begitu pula
saat 1 jam sebelum pendaratan ketika pesawat mulai menurunkan ketinggian (descending).
Hal ini dikarenakan kedua saat tersebut adalah saat-saat paling kritis pada
penerbangan sehingga diperlukan konsentrasi lebih oleh seluruh pilot. Pilot
yang bertugas ketika pendaratan pun harus sama dengan pilot yang bertugas saat
lepas landas (take-off).
Pilot
memerlukan ruang khusus untuk beristirahat. Pada pesawat berbadan besar seperti
Boeing 787, tersedia ruang tersembunyi yang terletak di atas atau bawah kabin
penumpang di dekat kokpit untuk tempat pilot beristirahat. (Intermezzo,
ada pula ruang khusus yang tersedia untuk awak kabin beristirahat yang terletak
di bagian belakang pesawat). Apa bila ruangan ini tidak tersedia maka pilot
dapat menggunakan kursi penumpang kelas satu (first class) atau kelas
bisnis untuk beristirahat yang telah dipesan secara khusus.
Pada beberapa
wilayah seperti di Eropa, pilot diperbolehkan untuk beristirahat di kokpit.
Kursi pada kokpit dapat sedikit direbahkan sehingga pilot dapat beristirahat
sejenak (maksimal 40 menit). Kedua pilot yang bertugas juga harus berada pada
kondisi terbangun 90 menit sebelum pendaratan. Untuk dapat beristirahat pada
kokpit, perlu adanya kesepakatan antara 2 pilot yang bertugas dan hanya 1 pilot
yang diperbolehkan untuk beristirahat dalam waktu bersamaan.
Namun
penumpang tidak perlu khawatir. Adanya waktu istirahat bagi pilot selama
penerbangan justru akan lebih aman bila dibandingkan dengan tidak adanya waktu
istirahat. Waktu istirahat yang cukup dapat mengurangi kelelahan bagi pilot
sehingga pilot berada pada kondisi yang fit ketika lepas landas (take-off)
dan mendarat. Selain itu, akan selalu ada 2 orang pilot yang bertugas selama
penerbangan sehingga penerbangan tetap aman.
Okee
sekian dulu pembahasan kali ini. Semoga bermanfaat. Salam~




Comments
Post a Comment